Jumat, 13 Februari 2009

kultur jaringan lily

Tanaman hias merupakan komoditas hortikultura yang cukup menguntungkan di Indonesia. Masyarakat saat ini sudah banyak menggunakan bunga sebagai pengungkapan rasa suka cita, duka cita, bahkan masyarakat menengah ke atas bunga sebagai simbol sosial status seseorang. Halaman rumah, gedung perkantoran atau tempat wisata akan tampak kaku tanpa kehadiran tanaman hias. Sosok tanaman maupun bunganya dapat memberi kesan lunak atau asri.

Lili (Lilium sp.) merupakan tanaman hias berumbi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Negara utama penghasil bunga potong dan umbi lili adalah Belanda, Jepang dan Amerika Serikat khususnya Origon. Kultivar lili yang yang banyak dibudidayakan di Jepang dan Amerika Serikat adalah Lilium longiflorum. Di Indonesia, lili banyak ditanam di daerah Cipanas-Cianjur dan Sukabumi.
Lili (Lilium sp.) disukai oleh konsumen baik sebagai bunga potong maupun bunga pot. Lili digunakan oleh konsumen sebagai pembatas dengan tanaman lain di taman, lambang kemurnian oleh bangsa Mesir, Yunani dan Romawi Kuno, karangan bunga pada upacara keagamaan atau pemakaman dan sebagai penghias kebun dan taman.

Permintaan bunga potong termasuk bunga lili di pasar domestik meningkat minimal 10 % setiap tahun. Oleh karena itu produksi lili perlu ditingkatkan. Untuk meningkatkan produksi lili maka produksi bibit juga harus ditingkatkan, namun perbanyakan bibit di lapangan menjadi kendala. Oleh karena itu perbanyakan vegetatif secara kultur jaringan merupakan solusi permasalahannya.

Kultur jaringan memiliki beberapa keuntungan yaitu untuk memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau lambat diperbanyak secara konvensional, memerlukan waktu yang singkat untuk mendapatkan bibit yang banyak, tidak memerlukan tempat yang luas, dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa tergantung musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat dan memungkinkan dilakukannya manipulasi genetik. Pada tanaman lili perbanyakan dengan kultur jaringan akan memberi keuntungan yaitu dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu cepat serta bibit yang dihasilkan seragam dan bebas hama dan penyakit serta virus. Dengan cara ini dari satu sisik umbi lili saja (satu umbi terdiri atas beberapa puluh sisik) akan diperoleh bibit yang banyak dalam waktu relatif singkat.

Alat-alat yang digunakan yaitu : laminar air flow cabinet (LAFC), autoklaf elektrik, botol kultur, alat diseksi (pinset, skalpel), rak dorong, petridis, erlenmayer, gelas ukur, hansprayer, lampu bunsen, gunting, kamera, beaker glass, timbangan digital, hot plate, magnetik stirrer, pH meter, kulkas, pipet tetes, pipet lurus, poci ukur, alat pencuci, spatula, stopwatch, ember, dan sendok.


Bahan-bahan yang digunakan yaitu : unsur hara makro, unsur hara mikro, unsur hara besi, vitamin, zat pengatur tumbuh (ZPT), sukrosa, gula pasir, agar-agar/gelrite, tisu, alkohol 96 %, alkohol 70 %, klorok, spirtus, mata pisau, eksplan bunga lili, bakterisida, detergen, fungisida, air kran, air destilata, air destilata steril, plastik wraffing, karet gelang, kertas label, spidol, korek api, NaOH, dan HCL.


Prosedur Pelaksanaan.

Sterilisasi di luar laminar dimulai dengan mencuci eksplan pada air mengalir selama 45 menit. Eksplan lili kemudian direndam sambil digoyang dalam larutan detergen 2 gram/100 ml selama 30 menit dengan menggunakan shaker, lalu membilasnya pada air mengalir dan 1 kali air destilata pada bilasan terakhir. Pembuatan alkohol 80 % menggunakan metode pengenceran dari alkohol yang tersedia 96 %, sedangkan pembuatan klorok 5 % yaitu dengan mengambil klorok 26,25 ml atau dibulatkan 26 ml (yang diperoleh dari pengkalian bahan aktif dari klorok yaitu 5.25 % dengan 5 %) kemudian ditambah air destilata sampai 100 ml. Eksplan kemudian direndam dan digoyang dalam larutan fungisida 1 gram/100 ml, bakterisida 1 gram/100 ml dan rifamficine ½ tablet/300 ml selama 30 menit pada shaker. Eksplan kemudian dibilas dengan air mengalir sampai bersih dan 2 kali air destilata pada bilasan terakhir. Eksplan lili kemudian dilakukan sterilisasi di dalam laminar dengan merendam dan menggoyang eksplan dalam larutan alkohol 80 % selama 3-5 menit kemudian direndam sambil digoyang dalam larutan klorok 5 % selama 10 menit lalu dibilas dengan air destilata steril 5 kali @ 5 menit kemudian eksplan ditiriskan.


Eksplan lili yang sudah disterilisasi kemudian dipotong menjadi beberapa jenis eksplan yang berasal dari kuncup bunga yaitu anther, tangkai anther, putik, ovari, dasar bunga, petal dan tangkai bunga. Eksplan disimpan pada petridis bertisu basah lalu ditanamkan dengan pinset steril pada media (
MS + ZPT TDZ dan NAA ). Botol kultur setelah selesai penanaman diberi keterangan (nama eksplan dan tanggal inisiasi) lalu menyimpannya di ruang inkubasi dalam kondisi gelap pada suhu 28oC dan kelembaban 70 % sampai terbentuk kalus yang sempurna.





0 komentar:

Template Design | Elque 2007